Good
Bye My Princess
Masih teringat jelas pertemuan manis ku dengan sesosok
laki-laki yang hingga kini belum aku ketahui seperti apa perawakannya. Ya, aku
adalah salah satu wanita yang baru bisa melihat keindahan dunia diumur ku yang
ke dua puluh satu tahun. Nama ku pelangi, orang tua ku memberikan nama itu
kepada ku setelah mereka mengetahui bahwa aku terlahir dengan kondisi tidak
dapat melihat atau biasa disebut tunanetra.
Mereka
selalu berkata kepada ku bahwa pelangi adalah hal terindah yang selalu dinantikan
semua orang. Dan sebab itulah mereka menamai ku pelangi, orang terindah yang
diberikan tuhan kepada mereka. Hmmm, tapi itu fikiran mereka saja.
Nama ku pelangi, sekarang aku genap berumur dua puluh
satu tahun. Pertemuan kami terjadi enam bulan yang lalu di toko bunga ku.
Memang singkat sepertinya, tapi sangat berkesan untuk dapat aku ceritakan ke
anak cucu ku kelak.
Seperti biasa, pagi itu aku masih sibuk mengurusi
karangan-karangan bunga yang harus aku selesaikan. Meskipun aku tidak bisa
melihat, jangan remehkan aku dalam suatu pekerjaan yang melibatkan keindahan
didalamnya. Karena aku masih memiliki perasaan yang dapat menuntun ku.
Akhir-akhir ini toko bunga ku memang sangat lah ramai
pengunjung. Tapi, ada seorang laki-laki yang sudah hampir sepekan selalu datang
ke toko ku hanya untuk membeli setangkai
bunga mawar merah. Hal itu pun membuat aku penasaran dan akhirnya pun muncul
perasaan untuk menegurnya duluan.
“Hei, kau lagi?” sapa ku kepada laki-laki yang sudah ada
dihadapan ku saat ini. Mungkin aku memang tidak memiliki indra penglihatan tapi
aku tidak kehilangan indra penciuman ku.
“Hah? Siapa? Apa kau tau siapa aku?”
“Hahaha.. bukankah kau laki-laki yang sama dengan
laki-laki yang sudah hampir sepekan membeli setangkai mawar merah disini?”
“Hahaha... bingo, tepat sekali.”
“Hmm, seorang laki-laki yang selalu membeli setangkai
bunga mawar. Siapa perempuan beruntung itu?”
“Kamu...”
Deg.. seperti mau copot jantung ku seteleh mendengar
pernyataannya barusan. Ingin sekali aku dapat melihat wajah laki-laki yang
telah membuat hati ku berbunga-bunga seperti sekarang, namun apa daya mata tak
sampai.
Obrolan kami berdua pun berlanjut dihalaman tempat biasa
aku menghabiskan waktu ku dengan meminum teh. Tentu saja masih di toko bunga
ku. Entah kenapa aku menjadi sangat kikuk ketika berada berdua hanya dengannya
sekarang. Padahal aku tidak tau pandangan apa yang sedang ia tujukan kepada ku.
Mungkin senang, malu, atau apalah itu.
Dengan bibir yang mulai terbuka perlahan aku pun
memberanikan diri untuk memulai percakapan.
“Em.. nama ku...”
Ya ampun, ini benar-benar kebetulan. Kenapa aku dan dia
bisa mengatakan hal yang sama? Apakah ini yang dinamakan cinta? Jujur aku belum
pernah merasakan apa yang dinamakan cinta. Yang aku dengar cinta akan terjadi
ketik otak dan perasaan seseorang mengucapkan sesuatu hal yang senada.
“Kau duluan.” Pinta laki-laki yang ada dihadapan ku saat
ini.
“Baiklah kalau begitu, perkenalkan nama ku Pelangi. Dan
kau?”
“Aku dimas, namamu indah. Aku yakin kepribadian yang ada
didalam diri mu pasti juga seindah pelangi-pelangi itu.”
“Hmm.. entahlah aku belum pernah melihat seberapa indah
pelangi yang kau maksud itu.”
“Sudahlah, mulai sekarang aku yang akan menjadi indra
penglihatan mu.”
Deg... untuk ke dua kalinya diselang waktu yang hapir
berdekatan, aku kembali dibuat deg-degan oleh laki-laki yang sama yang aku
temui pagi hari ini. Apa aku pantas jatuh hati padanya? Bagaimana apabila
orang-orang disekitarnya tidak bisa menerima ku.
Hey pelangi !! untuk apa kamu berfikir sejauh itu?
Percayalah ia tidak akan memperlakukan mu secara sepesial lebih dari hari ini. Oh
tuhan, berikanlah aku kekuatan untuk menerima kenyataan bahwa dia hanya kasihan
dan tidak ada yang lebih.
Akhirnya sore hari pun tiba. Dan dimas pun harus kembali
pulang ke rumahnya dengan segera. Ia pun sudah berjanji kepada ku untuk terus
datang setiap hari ke toko bunga ku ini. Entah untuk apa sebenarnya janji itu,
tapi ya sudahlah paling ia hanya ingin berkunjung saja, tidak ada yang spesial.
Waktu pun terus berlalu seiring dengan pertemuan ku
dengannya. Tidak terasa sudah dua pekan berlalu setelah pertemuan ku dengan
Dimas yang sangat membahagiakan untuk ku. Dan sepertinya ia memanglah laki-laki
yang bisa dibilang sangat konsisten dengan janji-janjinya. Karena dua pekan
sudah ia selalu datang berkunjung ke toko bunga ku.
Hujan turun dengan sangat derasnya pagi ini, hingga
membuat suhu di Jakarta menjadi lebih dingin dari sebelumnya.
“Hmm..
pasti dia tidak akan datang, dan sepertinya janjinya kepada ku akan diakhiri
hari ini.” Fikir ku dalam hati.
Sambil
terus mendengarkan suara riuh hujan yang turun, aku pun dikejutkan oleh
seseorang yang sudah memakaikan jaket tebalnya ke pundak ku. Dan ya, itu memang
dia.
“Apa
tidak sebaiknya kau ke dalam saja? Terlalu dingin diluar.”
“Kenapa
kamu datang? Apa kamu tidak bisa melihat derasna hujan diluar sana?”
“Hahaha..
tenang lah, bukankah aku sudah berjanji untuk mengunjungi mu setiap hari? Dan
hal itu pasti akan aku tepati.”
Lembutnya
sentuhan tangannya kini sudah melekat pada kepalan tangan ku. Tidak seperti
biasanya, telapak tangannya yang biasa hangat kini terasa sangat dingin dan
mulai sedikit bergetar.
Tangannya
pun mulai ku lepaskan, sentuhan lembut ku pun mulai ku arahkan ke pipinya.
Hmm.. teraba rahang yang kokoh disana, namun lagi-lagi terasa ada yang salah
dengannya.
“Kenapa
dengan mu? apa kamu sakit?”
“Ah
tidak, ini hanya kedinginan saja.”
Mendengarkan
pernyataannya barusan pun membuat ku sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Aku
tidak ingin orang yang mulai masuk ke dalam kehidupan ku menderita dan akhirnya
pergi menjauh.
“Hey
hujannya sudah berhenti.”
“Ya,
lalu?”
“Aku
ingin kamu ikut dengan ku melihat kedatangan
pelangi sekarang.”
“Ta..”
Belum
selesai aku mengucapkan kalimat ku, Dimas sudah mulai menarik tangan ku menuju
keluar toko bunga ku. Aku rasa percuma saja aku melihat keindahan pelangi yang
selalu orang-orang bicarakan. Karena apapun yang aku lihat setelah membuka mata
tetap sama yaitu kegelapan.
Didalam
pelukannya kini aku semakin dapat merasakan apa yang dimaksud dengan cinta dan
kasih sayang. Tapi apa orang seperti ku bisa memperoleh hal itu? Entahlah hanya
waktu yang memiliki jawabannya.
Satu
bulan, dua bulan, tiga bulan sudah aku menghabiskan hari ku bersamanya di toko
bunga ini. Dan aku pun masih belum memiliki jawaban atas apa arti dari semua
perhatiannya ini.
“Dim..
bolehkah aku menanyakan sesuatu kepada mu?”
“Tanya
kan lah..”
“Sudah
tiga bulan berlalu setelah pertemuan kita pertama kali, aku hanya ingin tau
atas dasar apa kamu melakukan semua ini? Apabila hanya karena kasihan aku mohon
tinggalkan aku karena aku bukan untuk dikasihani.”
“Hahaha..
tenang lah cantik, aku ada disisi mu selama ini karena aku menyayangi mu.”
Memang
sepertinya belum ada kejelasan dari pernyataannya barusan, tapi aku sudah cukup
puas dengan jawaban itu. Apabila ini cinta? Aku rasa tidak akan ada yang
ditutupi olehnya, jadi tenang saja.
Uuhhh..
tetap saja ini menyiksa ku, aku tetap masih penasaran apakah dia mencintai ku
atau tidak. Karena sepertinya aku.. sepertinya aku.. aku mencintainya.
“Hmm..
tapi aku tau menjurus kemana pertanyaan mu ini pelangi, maaf aku tidak bisa
mencintai mu.. bukan karena suatu hal, tapi karena kamu akan terluka apabila
kamu mencintai ku kelak.”
Seperti
tersambar petir rasanya, belum aku bertanya lebih lanjut mengenai kedekatannya
dengan ku. Ia sudah memberikan respon yang lumayan menyayat hati perempuan yang
sedang jatuh cinta.
Apa
cinta tidak akan pernah merasuk ke dalam kehidupan seseorang seperti ku? Kemana
kau cupid? Kemana kau vanadis? Dewa cinta yang tidak pernah datang ke kehidupan
ku. Dan sepertinya cinta untuk orang seperti ku adalah tabu.
“Ah..
iya..”
Mungkin
hanya ucapan lirih itu yang bisa aku katakan saat ini. Aku tau bahwa kehidupan
memang tidak akan sama dengan sebuah film dimana kebahagiaan akan selalu ada
pada akhirnya.
Bulan
ini aku akan merayakan ulang tahun ku yang ke dua puluh satu tahun, bulan ke
empat setelah pertemuan pertama ku dengan Dimas. Dan aku tidak tau siapa yang
akan menjadi tamu spesial ku. Dimas? Aku rasa tidak.
Jam
di toko bunga ku berdentang delapan kali untuk menunjukan bahwa saat ini sudah
pukul delapan tepat. Dan saat itu juga aku mengetahui bahwa dimas ada di
sampingku setelah aku mencium aroma parfum nya itu.
“Selamat
ulang tahun ya wanita pujaan ku.”
“Ah?
Ya terima kasih...”
“Aku berikan tiga baju yang sesuai dengan
warna-warna kesukaan kita. Merah, kuning, dan hijau, warna-warna yang sama yang selalu kita tunggu setelah memperhatikan
kesedihan langit dikala berdua.. mungkin
baju-baju ini sama sekali tidak
berharga, tapi aku ingin kau menyimpannya .. merah untuk ulang tahun mu kali
ini, kuning untuk ulang tahun mu tahun depan, dan hijau untuk ulang tahun mu tiga tahun
kedepan.”
Jutaan
pertanyaan pun kini mulai semakin berkecamuk difikiran ku, dengan kebingungan
yang belum terjawab, aku pun memberanikan diri untuk mencari sendiri
jawabannya.
“Lalu, bagaimana dengan ulang tahun ku pada tahun-tahun
berikutnya?”
Oh tuhan.. Bahkan aku masih bisa merasakan hangatnya
pelukan laki-laki itu setelah aku menyelesaikan kalimat terakhir ku.
“Tenang saja, ulang tahun mu yang berikutnya.. pasti akan
diisi oleh pria yang akan menemani mu seterusnya.. maafkan aku apabila aku
belum bisa memberikan sesuatu yang akan membahagiakan mu seterusnya.. tapi,
tolong percayalah bahwa aku sudah berusaha untuk itu..”
Apa kamu tau perasaan ku setelah aku mendengar pernyataan
mu? seperti tersambar petir rasanya.. Jujur, aku sempat berfikir bahwa kamu
akan mengakhiri hubungan kita saat ini..
Dan sepertinya kenyataannya memang seperti itu. Kau tidak
pernah lagi datang ke toko bunga ku untuk menemani ku di sana. Kau tidak lagi
berkunjung ke toko bunga ku hanya untuk menunggu hujan reda hingga akhirnya
pelangi benar-benar muncul.
Kenapa kenyatan harus selalu menyedihkan. Aku tau sangat
banyak orang yang ingin mempertahankan suatu hubungan, tapi sepertinya terlalu
mudah berbicara dibandingkan dengan melakukannya.
Hingga kini bulan ke enam setelah pertemuak kita kau
tidak pernah datang lagi untuk berkunjung. Apabila kita memang harus berpisah,
kenapa tidak ada cara yang lebih indah sehingga aku tidak merasa sakit seperti
sekarang.
“Hey.. apa kamu pelangi?”
“Ah iya..”
“Baguslah.. Kenalkan saya mamanya Dimas..”
Sepertinya buah memang tidak jatuh jauh dari pohonya.
Karena seperti anaknya, mamahnya juga sangat ramah kepada ku. Dengan senang
hati ia langsung menjabat tangan ku dengan sangat lembutnya.
“Sudah dua bulan ini Dimas dirawat di rumah sakit. Dan
sudah dua bulan juga ia selalu memanggil nama mu disetiap tidur malamnya. saya
mohon.. ikutlah dengan saya sekarang untuk menemuinya..”
“Ah? Iya.. baiklah kalau begitu, saya akan bersiap-siap.”
Ucap ku..
Aku ingat hari itu, hari dimana hujan turun dengan sangat
derasnya seperti tidak akan ada akhirnya. Di sini aku sekarang menyusuri
koridor demi koridor rumah sakit hingga sampai di kamar tempat dimas berada.
Apabila saat itu
aku tau bahwa itu adalah harinya.. aku rasa aku akan lebih memilih untuk
mengunci dia didalam kamar agar dia tidak berlari ke balcon untuk menanti
kehadiran pelangi setelah meluruhnya kesedihan langit-langit itu.
Bodohnya aku yang tidak bisa menahan keinginan orang yang
paling aku kasihi..
“Hey!! Untuk apa kamu disana? Ayo masuk.” Kata ku yang
tidak bisa mereaalisasikannya dengan tindakan.
“Hahaha.. ayolah, bukankah ini kebiasaan yang selalu kita
lakukan? menunggu ke datangnya pelangi. Temanilah aku melakukannya karena
kedepannya kamu tidak akan tau siapa yang akan menemani mu untuk menunggunya
lagi..”
Hhmmm.. aku rasa kamu tidak tau berapa ratus juta
pertanyaan yang ada dibenak ku setelah
kamu menjawab pertanyaan ku..
Aku ingat apa yang kamu katakan sesaat sebelum kamu mengakhirinya..
“Kemana pelangi itu? Apa mereka tidak ingin lagi menemui
kita seperti biasanya? Apa mereka juga berada didalam kesedihan hingga tidak
mampu mengeluarkan kebahagiannya?”
“Tenang lah dipelukan ku.. aku yakin pelangi akan datang
sebentar lagi dan merubah semuanya..”
“Oh ya.. bolehkah aku memejamkan mata sejenak dipelukan
mu untuk menunggu pelangi tiba?”
“Kapan aku pernah melarang mu?”
Nafas ku pun mulai ku hela, air mata pun mulai ku seka,
dekapan ku pun mulai aku eratkan, dan aku pun mulai melihat langit untuk
mencari keajaiban.. tuhan, aku belum siap menerimanya..
Menerima kenyataan kalau dia tidak akan lagi menemani
hari-hari ku.. dan apa ini jawaban kenapa pelangi tidak muncul kali ini? Yaitu
karena dia akan meninggalkan kehidupan ini selamanya dan tidak akan ada lagi
yang memperhatikan kehadiran mu?
Sekarang aku tau apa arti jawaban-jawaban dari semua
ucapannya akhir-akhir ini.. tapi, kenapa harus secepat ini? Tidak adakah
kesempatan kedua untuknya? Atau apabila aku harus menukar semua kehidupan ku
dengan dia, aku rela.. aku akan lakukan itu..
Beberapa saat setelah kepergiannya, aku menerima sebuah
surat yang di tulis Dimas untuk ku. Mamanya pun membacakannya untuk ku, agar
aku bisa mengerti dengan apa yang ia ingin katakan kepada ku.
Dear Wanita Pujaan Ku
Hei kamu yang pasti selalu
memikirkan ku ditempat yang berbeda dengan tempat ku sekarang.. apa kabar kamu
disana? Aku harap baik-baik saja.. oh ya, bagaimana dengan pengganti ku? Apa
kamu sudah mendapatkannya?
Hmm.. sudahlah, jangan terlalu
memikirkan aku.. siapa saja yang akan menjadi pengganti ku dan akan mendampingi
mu kelak, aku pasti akan setuju dan ikut mendoakan mu bersamanya..
Mungkin aku memang bukanlah yang
ditakdirkan tuhan untuk dapat menemani mu selama kamu hidup didunia.. tapi aku
sudah menjadi pria yang beruntung karena bisa dipertemukan dengan wanita yang
selalu membuat ku bahagia hingga aku kembali sekarang..
Maafkan aku ya apabila aku belum
bisa menjadi apa yang kamu inginkan sepenuhnya.. maafkan aku apabila saat itu
aku sudah membuang-buang waktu mu hanya untuk mendengarkan semua kisah ku,
seakan-akan aku adalah masa depan mu kelak..
Aku mohon jangan buat aku semakin
merasa bersalah, aku sudah salah dengan membiarkan kamu mencintai dan
mengasihiku. Aku juga salah ketika aku tidak mengakhiri hubungan ini sebelum
hal yang benar-benar aku takuti ini terjadi..
Sudah sangat amat berbeda jarak
diantara kita.. tidak akan ada yang mungkin bisa bersentuhan satu sama lain..
hangatnya pelukan mu, lembutnya kecupan mu dikening ku, dan besarnya perhatian
yang sudah kamu berikan kepada ku tidak akan mungkin bisa aku rasakan lagi..
Dan kini yang tersimpan hanyalah
kenangan dan perasaan yang tidak akan mungkin dapat ditafsirkan oleh siapapun.
Tuhan.. aku mohon jangalah wanita
pujaan ku ini, wanita yang sama yang selalu memberikan ku kehangatan disaat aku
merasakan dingin yang teramat sangat, wanita yang selalu menyeka air mata yang
keluar dari ke dua mata ini, wanita yang selalu menceriakan hari-hari ku ketika
aku merasa kesepian didalam keramaian..
Mungkin aku memang sudah tidak bisa
hadir secara langsung didalam hari-hari mu, tapi aku akan tetap selalu berada
dihati mu .. aku janji, aku tidak akan menempati hati mu lagi ketika pujaan mu
yang baru datang dan biarkan aku yang akan menyimpan semua kenangan kita
sendiri..
Aku rela..
Dan ya, aku akan memberikan semua
kebahagiaan yang sudah lama kamu nantikan. Aku mohon jangan menolak karena aku
ingin kamu yang menyimpannya. Menyimpan ke dua korne mata ku ini agar kamu bisa
melihat bagaimana indahnya pelangi itu.
Diakhir surat ini aku hanya dapat
mengatakan terima kasih karena sudah sempat menjadi bagian dari hidupku
meskipun tidak seutuhnya.
Dan disinilah aku sekarang, memandangi ke dua mata mu
yang sangat indah ini. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang. Kamu menyuruh
ku untuk mencari seorang pengganti, tapi apa aku sanggup?
Aku mohon jangan menyiksa ku dengan menyuruh ku melakukan
itu. Tenang saja, aku masih sanggup menyimpan kenangan kita berdua didalam hati
kecil ku ini.
Terima kasih kepada mu karena kamu telah memberikan
kebahagiaan kepada ku disela kehidupan ku yang aku fikir tidak berharga ini.
Jangan lupa mengunjungi ku ditiap mimpiku ya, Dimas..
CREATED BY:
ARIEF
DANANTO
DO NOT COPY